SLICE OF LIFE
(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)
PART 3 (End)
Malam pun Tiba dengan langit jingga yang mulai kelam di hiasi gemericik Hujan.
"Ini saat yang tepat untuk melancarkan niat jahatku" pikiran jahatku berteriak, seakan hendak mengalahkan suara-suara rintik hujan yang turun ke bumi.
Adzan Maghrib pun telah berkumandang, dan jam ditanganku menandakan pukul setengah tujuh, butuh setengah jam lagi untuk melancarkan serangan, tapi itu terasa sangat lama karena ketidak-sabaranku yang memuncak dan akhirnya Setengah jam pun berlalu dengan perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya aku mulai menyelinap keluar dari rumahku, dan mengendap-endap menuju ke tempat kediaman Luna, aku seperti sengaja bertamu dan aku yakin pada saat itu dirumah Luna tidak ada orang lain lagi selain Dia, karena semenjak pulang sekolah hingga saat ini tidak ada orang yang masuk ke rumahnya, bahkan orang tuanya yang entah kemana, dan juga pada saat Luna masuk ke rumahnya, Ia tampaknya membuka pintu dengan kunci cadangan, seakan dia tinggal sendirian disana.
"Baiklah ini saatnya" hati kecil ku berkata.
"TING-TONG!" bunyi bel yang terletak disamping pintu rumahnya, yang berkali-kali aku bunyikan. tapi Luna belum juga membukakan pintunya. ini sangat membuatku Kesal, sekitar lima menit aku menunggu, sungguh membuatku muak, akhirnya aku memutuskan untuk masuk secara diam-diam, dan ternyata pintu itu tidak terkunci atau mungkin memang sengaja tidak dikunci, entahlah!, aku tidak peduli karena yang aku perdulikan adalah bagaimana menemukan dan melancarkan niat jahatku pada luna.
Aku pun masuk kedalam rumahnya, namun apa yang ku lihat didalam rumahnya tidak pernah terbayangkan sebelumnya, barang-barang didalam rumahnya begitu terkesan klasik, otentik dan bernilai sejarah yang tinggi, sepertinya barang-barang itu peninggalan keluarga atau mungkin Keluarganya memang suka mengkoleksi barang antik, dan pada saat aku melewati ruangan dengan penuh Lukisan-lukisan Tua aku merasa risih, seakan ada yang menatapku dan mengawasiku dari balik lukisan itu. Nuansa rumah ini benar-benar Menyeramkan. Namun apa peduliku, aku kesini hanya ingin mencari dan melancarkan niatku, (sekali lagi pikiranku itu ku tekankan agar tidak merasakan ketakutan)
Setelah beberapa Ruangan aku singgahi di dalam rumah itu, Luna akhirnya ku temukan di bagian Dapur dan tampak sedang memotong-motong daging yang hendak dimasaknya untuk makan malamnya (setidaknya itu yang ada di dalam pikiranku) kemudian aku memanggilnya, dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat siapa yang sedang asik memotong-motong daging segar itu. ITU BUKAN LUNA, Tapi dia memiliki Wajah yang sama persis dengan Luna yang tadi siang aku lihat di sekolahku, cuma dia memiliki sedikit perbedaan di rambut dan warna kulitnya agak Pucat, seperti mayat.
"S...S...SSII.... SSIAAAPPAAA KAU....?!" tanyaku dengan sedikit ketakutan.
"Hai, Chiver ini aku Lina. Teman kecilmu dulu yang sekarang digantikan oleh luna"
Betapa terkejutnya aku mendengar kata-katanya.
"APA MAKSUDMU?!" teriakku.
"Jadi kau sudah lupa denganku, baiklah aku tidak apa-apa, karena malam ini aku akan membuatmu mengingat segala hal tentang kau dan Aku" dia tampak menyeringgai.
aku hanya bisa terdiam, untuk memahami maksudnya, karena aku benar-benar tidak mengerti apa maksudnya, dan hanya bisa melihat dia memotong-motong daging yang saat ini berada di depannya. sebuah pemandangan yang mengerikan tapi aku seakan terhipotis dengan semua kejadian itu. tak ada sedetikpun tanpa berfikir untuk melarikan diri hanya bisa pasrah dan takut, bahkan untuk bernafas saja sulit bagiku, apalagi berteriak memanggil pertolongan. aku benar-benar dikuasai perasaan takut yang mendalam hingga ketulang belakangku. ini sangat mengerikan ketika aku sadar daging yang Ia potong bukanlah daging sapi atau binatang lainnya, melainkan daging manusia yang ku rasa itu Luna, yang telah dia BUNUH, "niat jahatku ternyata berbalik menjadi sangat menakutkan untukku ketika disuguhi pemandangan orang yang mirip dengan Luna tengah memotong-motong dirinya yang lain" hanya itu yang aku pikirkan saat ini.
"Tolong...!!!!" aku berteriak tapi mulut ini tetap saja bungkam, bahkan ketika aku hendak memalingkan wajah saat Lina hendak mencongkel mata dari kepala yang putus itu, Lina menatapku dengan tajam, seolah menyuruhku untuk tetap melihat apa yang dia lakukan. hal itu tentu saja membuatku semakin diam tak bergeming sedikit pun.
Setelah beberapa saat kemudian Lina akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya, dia pun menghampiriku dengan tersenyum simpul, begitu manis menandakan kerinduan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. dia menarikku menuju kesebuah ruangan yang sangat romantis dengan nuansa klasik yang kental, tempat ini seperti sebuah ruangan penjamuan makan keluarga. tapi yang ada disini saat ini hanya aku dan Lina. dia memeluk erat tubuhku, dan pada saat itu pula entah kenapa aku bisa merasa tenang meski sebelumnya aku telah melihat dia melakukan tindakan mutilasi kepada kembarannya.
setelah kami duduk bersama, Lina mulai menceritakan Kerinduannya. Dimulai ketika dia melihatku dari jendela kamarnya yang kecil, saat kami masih kanak-kanak hingga dia di tinggalkan sendirian dan di beri perlakuan berbeda dari luna hingga akhirnya dia berontak dan menjadi seperti sekarang ini. mendengarkan itu sungguh memilukan bagiku, karena masih ada yang lebih terpenjara selain diriku. dan akhirnya aku menyadari dari sekian banyak kisah yang dia ceritakan kepadaku, bahwa dia sangat mencintaiku. namun aku sendiri begitu takut kepadanya dan juga merasa Iba. aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku memutuskan untuk pulang karena selain takut, aku ingin menenangkan diri. tapi bagaimana aku bisa keluar dari cengkraman Wanita Psikopat ini? itu yang sedang aku pikirkan.
Hingga akhirnya aku beralasan ingin memakan sesuatu karena Lapar, dan meminta kepada Lina untuk dibuatkan makan malam spesial untukku. Lina mengiyakan permintaan sederhanaku. dia pun berjalan kebelakang dan mulai terdengar suara berisik di bagian Dapur. "Ini saatnya aku lari dari rumah ini" aku pun beranjak dari sofa dan mulai mencari jalan keluar.....
"Brack...!" suara itu yang bergema di kepalaku dan aku tersungkur
--------------------------------------------------------------
Aku membuka mataku dan tersadar, aku melihat sekelilingku tapi ada yang beda, dan ternyata aku berada didalam Kamar Khususku. aku sempat binggung kenapa ini bisa terjadi. aku akhirnya sadar bahwa ini semua hanya mimpi. dan hatiku mulai tenang. "Syukulah, Ini semua Mimpi"
namun ada beberapa hal yang masih aku pertanyakan kenapa Aku harus Diikat dan dikurung didalam Ruangan Putih berukuran 2x3 ini. serta mengenakan pakaian putih seperti Pasien Rumah sakit jiwa.
"Hai Chiver, apa kabarmu?" suara yang kukenal itu memanggilku. tapi entah darimana datangnya.
aku pun mencari asal suara itu, dan benar saja, suara itu berasal dari seseorang yang kukenal, "LINA...?!"
Dia menatapku sedih, seakan aku tak bisa bisa diselamatkan.
"kenapa aku bisa berada disini?, kenapa kau menatapku sedih? kemana Luna? APA yang kau lakukan? Lepaskan aku! TOLONG... Biarkan aku pergi!" aku memberontak dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi kayu.
"SADAR CHIVER, SADAR...! kau tidak hidup didalam imajinasimu, kau harus bangun dan melihat dunia nyata." teriaknya sambil meneteskan airmata dan kemudian berlalu pergi.
--------------------------------------------------------------
CHIVER, adalah seorang anak manusia yang dilahirkan dengan imajinasi yang tinggi, dia memiliki sebuah imajinasi yang dia sadari itu adalah kenyataannya, bahkan ketika dia melihat dirinya seperti orang lain dia menganggap itu orang lain, dia tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana imajinasinya, dia mengalami hal ini sejak kecil, ketika tidak ada kenangan atau bahkan trauma berkepanjangan.
LINA(LUNA), adalah teman kecil chiver yang sangat peduli dengan dirinya, Lina anak yang baik dan juga memiliki perasaan kepada Chiver, sedangkan Luna hanya imajinasi Chiver.
DIAN, adalah Mantan kekasih Chiver yang sangat dia cinta namun di Bunuh karena alasan kecemburuan berlebihan
Pada dasarnya semua kisah ini hanyalah imajinasi buatan Chiver.
Berhati-hatilah kepada Sebuah Kisah
Terimakasih..................