Selasa, 29 Maret 2016

Slice of Life

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 3 (End)

 

              Malam pun Tiba dengan langit jingga yang mulai kelam di hiasi gemericik Hujan.

"Ini saat yang tepat untuk melancarkan niat jahatku" pikiran jahatku berteriak, seakan hendak mengalahkan suara-suara rintik hujan yang turun ke bumi. 

Adzan Maghrib pun telah berkumandang, dan jam ditanganku menandakan pukul setengah tujuh, butuh setengah jam lagi untuk melancarkan serangan, tapi itu terasa sangat lama karena ketidak-sabaranku yang memuncak dan akhirnya Setengah jam pun berlalu dengan perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya aku mulai menyelinap keluar dari rumahku, dan mengendap-endap menuju ke tempat kediaman Luna, aku seperti sengaja bertamu dan aku yakin pada saat itu dirumah Luna tidak ada orang lain lagi selain Dia, karena semenjak pulang sekolah hingga saat ini tidak ada orang yang masuk ke rumahnya, bahkan orang tuanya yang entah kemana, dan juga pada saat Luna masuk ke rumahnya, Ia tampaknya membuka pintu dengan kunci cadangan, seakan dia tinggal sendirian disana.

"Baiklah ini saatnya" hati  kecil ku berkata.

"TING-TONG!" bunyi bel yang terletak disamping pintu rumahnya, yang berkali-kali aku bunyikan. tapi Luna belum juga membukakan pintunya. ini sangat membuatku Kesal, sekitar lima menit aku menunggu, sungguh membuatku muak, akhirnya aku memutuskan untuk masuk secara diam-diam, dan ternyata pintu itu tidak terkunci atau mungkin memang sengaja tidak dikunci, entahlah!, aku tidak peduli karena yang aku perdulikan adalah bagaimana menemukan dan melancarkan niat jahatku pada luna.

Aku pun masuk kedalam rumahnya, namun apa yang ku lihat didalam rumahnya tidak pernah  terbayangkan sebelumnya, barang-barang didalam rumahnya begitu terkesan klasik, otentik dan bernilai sejarah yang tinggi, sepertinya barang-barang itu peninggalan keluarga atau mungkin Keluarganya memang suka mengkoleksi barang antik, dan pada saat aku melewati ruangan dengan penuh Lukisan-lukisan Tua aku merasa risih, seakan ada yang menatapku dan mengawasiku dari balik lukisan itu. Nuansa rumah ini benar-benar Menyeramkan. Namun apa peduliku, aku kesini hanya ingin mencari dan melancarkan niatku, (sekali lagi pikiranku itu ku tekankan agar tidak merasakan ketakutan)

Setelah beberapa Ruangan aku singgahi di dalam rumah itu, Luna akhirnya ku temukan di bagian Dapur dan tampak sedang memotong-motong daging yang hendak dimasaknya untuk makan malamnya (setidaknya itu yang ada di dalam pikiranku) kemudian aku memanggilnya, dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat siapa yang sedang asik memotong-motong daging segar itu. ITU BUKAN LUNA, Tapi dia memiliki Wajah yang sama persis dengan Luna yang tadi siang aku lihat di sekolahku, cuma dia memiliki sedikit perbedaan di rambut dan warna kulitnya agak Pucat, seperti mayat.

"S...S...SSII.... SSIAAAPPAAA KAU....?!" tanyaku dengan sedikit ketakutan.


"Hai, Chiver ini aku Lina. Teman kecilmu dulu yang sekarang digantikan oleh luna"

Betapa terkejutnya aku mendengar kata-katanya.

"APA MAKSUDMU?!" teriakku.

"Jadi kau sudah lupa denganku, baiklah aku tidak apa-apa, karena malam ini aku akan membuatmu mengingat segala hal tentang kau dan Aku" dia tampak menyeringgai.

aku hanya bisa terdiam, untuk memahami maksudnya, karena aku benar-benar tidak mengerti apa maksudnya, dan hanya bisa melihat dia memotong-motong daging yang saat ini berada di depannya. sebuah pemandangan yang mengerikan tapi aku seakan terhipotis dengan semua kejadian itu. tak ada sedetikpun tanpa berfikir untuk melarikan diri hanya bisa pasrah dan takut, bahkan untuk bernafas saja sulit bagiku, apalagi berteriak memanggil pertolongan. aku benar-benar dikuasai perasaan takut yang mendalam hingga ketulang belakangku. ini sangat mengerikan ketika aku sadar daging yang Ia potong bukanlah daging sapi atau binatang lainnya, melainkan daging manusia yang ku rasa itu Luna, yang telah dia BUNUH, "niat jahatku ternyata berbalik menjadi sangat menakutkan untukku ketika disuguhi pemandangan orang yang mirip dengan Luna tengah memotong-motong dirinya yang lain" hanya itu yang aku pikirkan saat ini.

"Tolong...!!!!" aku berteriak tapi mulut ini tetap saja bungkam, bahkan ketika aku hendak memalingkan wajah saat Lina hendak mencongkel mata dari kepala yang putus itu, Lina menatapku dengan tajam, seolah menyuruhku untuk tetap melihat apa yang dia lakukan. hal itu tentu saja membuatku semakin diam tak bergeming sedikit pun.

Setelah beberapa saat kemudian Lina akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya, dia pun menghampiriku dengan tersenyum simpul, begitu manis menandakan kerinduan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. dia menarikku menuju kesebuah ruangan yang sangat romantis dengan nuansa klasik yang kental, tempat ini seperti sebuah ruangan penjamuan makan keluarga. tapi  yang ada disini saat ini hanya aku dan Lina. dia memeluk erat tubuhku, dan pada saat itu pula entah kenapa aku bisa merasa tenang meski sebelumnya aku telah melihat dia melakukan tindakan mutilasi kepada kembarannya.

setelah kami duduk bersama, Lina mulai menceritakan Kerinduannya. Dimulai ketika dia melihatku dari jendela kamarnya yang kecil, saat kami masih kanak-kanak hingga dia di tinggalkan sendirian dan di beri perlakuan berbeda dari luna hingga akhirnya dia berontak dan menjadi seperti sekarang ini. mendengarkan itu sungguh memilukan bagiku, karena masih ada yang lebih terpenjara selain diriku. dan akhirnya aku menyadari dari sekian banyak kisah yang dia ceritakan kepadaku, bahwa dia sangat mencintaiku. namun aku sendiri begitu takut kepadanya dan juga merasa Iba. aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku memutuskan untuk pulang karena selain takut, aku ingin menenangkan diri. tapi bagaimana aku bisa keluar dari cengkraman Wanita Psikopat ini? itu yang sedang aku pikirkan.

Hingga akhirnya aku beralasan ingin memakan sesuatu karena Lapar, dan meminta kepada Lina untuk dibuatkan makan malam spesial untukku. Lina mengiyakan permintaan sederhanaku. dia pun berjalan kebelakang dan mulai terdengar suara berisik di bagian Dapur. "Ini saatnya aku lari dari rumah ini" aku pun beranjak dari sofa dan mulai mencari jalan keluar.....

"Brack...!" suara itu yang bergema di kepalaku dan aku tersungkur

--------------------------------------------------------------


Aku membuka mataku dan tersadar, aku melihat sekelilingku tapi ada yang beda, dan ternyata aku berada didalam Kamar Khususku. aku sempat binggung kenapa ini bisa terjadi. aku akhirnya sadar bahwa ini semua hanya mimpi. dan hatiku mulai tenang. "Syukulah, Ini semua Mimpi"

namun ada beberapa hal yang masih aku pertanyakan kenapa Aku harus Diikat dan dikurung didalam Ruangan Putih berukuran 2x3 ini. serta mengenakan pakaian putih seperti Pasien Rumah sakit jiwa.

"Hai Chiver, apa kabarmu?" suara yang kukenal itu memanggilku. tapi entah darimana datangnya.

aku pun mencari asal suara itu, dan benar saja, suara itu berasal dari seseorang yang kukenal, "LINA...?!"

Dia menatapku sedih, seakan aku tak bisa bisa diselamatkan.

"kenapa aku bisa berada disini?, kenapa kau menatapku sedih?  kemana Luna? APA yang kau lakukan? Lepaskan aku!  TOLONG... Biarkan aku pergi!" aku memberontak dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi kayu.


"SADAR CHIVER, SADAR...! kau tidak hidup didalam imajinasimu, kau harus bangun dan melihat dunia nyata." teriaknya sambil meneteskan airmata dan kemudian berlalu pergi.

--------------------------------------------------------------

CHIVER, adalah seorang anak manusia yang dilahirkan dengan imajinasi yang tinggi, dia memiliki sebuah imajinasi yang dia sadari itu adalah kenyataannya, bahkan ketika dia melihat dirinya seperti orang lain dia menganggap itu orang lain, dia tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana imajinasinya, dia mengalami hal ini sejak kecil, ketika tidak ada kenangan atau bahkan trauma berkepanjangan.

LINA(LUNA), adalah teman kecil chiver yang sangat peduli dengan dirinya, Lina anak yang baik dan juga memiliki perasaan kepada Chiver, sedangkan Luna hanya imajinasi Chiver.

DIAN, adalah Mantan kekasih Chiver yang sangat dia cinta namun di Bunuh karena alasan kecemburuan berlebihan

Pada dasarnya semua kisah ini hanyalah imajinasi buatan Chiver.

Berhati-hatilah kepada Sebuah Kisah

Terimakasih..................

Minggu, 21 Februari 2016

Puisi

SANGAT LAMA

Tidak ada pecahan kaca
Ataupun butir-butir pasir
Yang terhempaskan amarah
Yang dihantam sang satire

Hanya pelepas dahaga bagiku
Rasa itu sangat lama
Disusun diatas alfabet baku
Tesis-tesis yang fana

Berpindah dari zona nyaman
'Aku' akhir dari nafasmu
Mengitari cakrawala yang hampa
Kesana-kemari bertumpu angin

Begitu lama... Hingga kita lupa
Kematian yang telah di tangan
Berpapasan dihadapan cermin
Dua sisi tak terpisahkan

Seperti musafir pencari cinta
Namun hanya sepasang kekasih
Yang terlihat memadu kasih
Di ujung pencarian rasa

Sangat Lama menanti, tak berarti
Sangat lama pergi, tak kembali
Sangat lama mencari, tak bermimpi

Jumat, 05 Februari 2016

SLICE OF LIFE

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 2

 Kembali ke Luna, yang Menurutku Gadis dari luar angkasa...
Entah kenapa semenjak kejadian ketika jam istirahat tadi, pikiranku mulai bergejolak seolah hendak mematahkan apapun yang dia miliki, baik perasaanya, jiwanya, atau pun Tubuhnya. Ini  seperti dendam yang penuh kebencian pada Awal bertemu. Baru kali ini aku benar-benar membenci orang Lain selain diriku Sendiri, "ya... Aku memang membenci Diriku melebihi orang lain yang membenciku" itu prinsipku yang begitu Arogan untuk anak-anak seusiaku, yang seharusnya menghabiskan waktu dengan kesenangan dan keindahan masa muda.

Akhirnya Bel pulang pun berbunyi tepat pada Pukul 14.30 dan pada saaat itu aku ingin mengetahuinya segala tentang dia dan lalu memanfaatkannya kemudian menghancurkannya.
Semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang, sedangkan aku tengah mencari rencana apa yang pantas untuk menghancurkan Luna, dan disaat aku ingin mengajaknya pulang bersama karena aku ingin mengetahui dimanakah 'Gadis luar Angkasa' ini tinggal. Dian, seorang gadis dari kelas sebelah yang mengenalku sejak kami masih duduk di bangku Sekolah Dasar datang menghampiriku dan membujukku untuk pulang bersamanya. 

 "Hai Chiver! hari ini aku lupa membawa Handphone-ku jadi aku tidak bisa menelpon untuk diantarkan pulang, jadi bagaimana kalau kita pulang bersama?"tanya Dian dengan penuh harapan bahwa aku akan menemaninya.

"AH... Dasar penguntit kecil, pengganggu Rencana yang sudah ku atur sedemikian rupa untuk membalaskan dendam." kataku dalam hati. tapi mau bagaimana lagi, jika aku menolaknya aku takut orang tuaku marah kepadaku, karena dian tak segan-segan mengadu kepada orang tuaku tentang sikapku disekolah yang hampir saja di keluarkan karena memukuli hampir semua senior yang ada di kelas A, kelas dengan segala anak-anak Pintar dan memiliki Masa depan yg cerah, sedangkan aku di kelas C, sebuah kelas dengan tingkat yang biasa saja.

"Ehmm... bagaimana ya, aku sebenarnya ingin pulang sendiri tapi baiklah aku akan menemanimu pulang hari ini, tapi  ini karena kita tentangga ya, tidak lebih" kataku mengalah dengan keadaan dan memperjelas.
"Ohh... iya, ya, yang penting kita pulang bersama. dan sebenarnya aku juga tidak mau bersamamu, tapi ini karena aku takut pulang sendiri, jadi aku memintamu menemaniku karena kita searah " Ucap Dian dengan penuh perasaan Senang yang terlihat jelas yang dia coba sembunyikan dengan perkataan tak penting.
Dan saat itu Aku sempat melihat Luna seperti menunduk dan tak mau menatapku dan Dian. dia segera bergegas dan langsung meninggalkan aku dengan dian di depan kelas. Luna seperti menahan Airmata dan terburu, itu yang sekilas aku lihat sebelum dia pergi, dan entah kenapa aku merasa ada yang salah dengan ini, tapi sifat dasarku yang enggan Peduli membuatku mengacuhkan itu semua.

Akhirnya aku dan dian berjalan bersama untuk pulang kerumah, (sebenarnya, aku memiliki kendaraan Roda Dua pemberian dari ayahku, Jenis SPORT dengan CC yang lumayan besar. tapi aku tak ingin membawanya kesekolah, karena aku tidak suka jika di berikan sesuatu yang tidak perlu). Jarak rumah kami ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya butuh Lima belas menit untuk sampai. jadi aku tidak terlalu memerlukan kendaraan yang diberikan orang tuaku.

Setelah melewati gerbang sekolah, aku dan dian berjalan diiringi sautan klackson mobil dan motor, dan juga di beri sedikit Nada-nada bising mesin-mesin yang panas dari macetnya jalan. dan aku sempat melihat luna berjalan kearah yang sama denganku dan Dian, kearah Komplek perumahan Elit yang sama. lalu aku pun berpura-pura tidak melihatnya. karena aku yakin jika aku melihatnya maka dia akan menggapku sebagai penguntit, atau bahkan lebih buruk dari itu. aku dan dian pun berjalan seirama langkah Angin yang berhembus menghapus segala sesalku tadi dan entah kenapa aku semakin penasaran dengan Luna, sebab jalan yang aku lewati sama dengan yang dia lewati, "apakah dia tinggal di sekitar tempat tinggalku?" pikirku penuh rasa Curiga.
"CHIVER!" teriak Dian membuyarkan pikiranku.
"kamu kenapa sedari tadi aku lihat kau hanya berdiam dan tidak serusuh biasanya, kamu sakit ya?" tanya dian
"tidak, aku tidak apa-apa" jawabku sekedarnya.
Tak terasa kami telah sampai di depan pagar rumah masing-masing, dan tak sengaja aku melihat Luna masuk kedalam rumah yang ada di sebelah rumahnya dian, tepatnya sekitar tiga rumah dari rumahku. Setahu-ku Rumah itu sudah tidak berpenghuni sejak Aku naik ke kelas 3 SD. tapi entah kenapa itu tampak seperti tak Asing bagiku. lalu, tiba-tiba aku teringat akan Niat Jahatku tadi di sekolah untuk menghancurkan luna

"Hahaha... ini kesempatanku" teriak ku dalam hati.
"Chiver! nanti malam aku main kerumahmu ya?" teriak Dian yang selalu menggangu Pikiranku.
lansung saja aku menolaknya dengan alasan aku ingin Fokus belajar dan tidak ingin di ganggu malam ini, (namun sebenarnya alasanku menolaknya agar aku bisa mampir ke tempat luna) tentu saja jawabanku itu membuat Dian tampak sedikit Murung dan dia sembunyikan di balik senyuman dan berkata "OH... baiklah, semoga sukses ya!"
"Ya... Terima kasih!" jawabku dan tidak lupa aku Sunggingkan Senyum kepalsuanku padanya.
Tentu saja setelah melihat senyumku Dian kembali tersenyum dengan leganya, entah kepada dia begitu kepadaku, padahalkan dia itu Siswi terPOPULER di sekolah. semua lelaki yang di sekolah tertarik padanya, namun hanya aku lelaki yang dia ajak berbicara. dan menurut beberapa artikel iseng yang pernah aku baca, itu tandanya Dian menyukaiku. tapi aku hanya menggangapnya sebagai teman sejak kecil tidak lebih.

Aku pun masuk ke rumah dan mulai mempersiapkan segala rencana yang sempat tertunda tadi, dan juga aku sangat tidak sabar menunggu malam tiba untuk memulai niat jahatku. "tunggu saja kau Luna, semua akan ada harganya" pikiran jahatku mulai bereaksi kembali.


---------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 20 Januari 2016

Slice Of Life

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 1

    Perkenalkan namaku Chiver, bukan "Lucifer" Didalam kisah Alkitab atau pun "Ulquiorra Chiver" dalam Kisah Anime BLEACH tapi ini lah namaku, pemberian terindah yang akan menjadi apapun yang akan aku lakukan. Tahukah kalian bagian kehidupan ku adalah bayangan, meski aku telah berdiri sendiri dengan kakiku. tapi tidak ada satu orang pun yang melihatku didalam GELAP.  Dan saat ini aku tidak lagi memiliki Raga yang utuh seperti layaknya Manusia.

Baiklah, kita mulai saja kisahnya......

Luna, seorang gadis Kecil yang baru saja pindah Sekolah dari tempat yang tidak pernah aku ketahui. tapi pada saat itu aku menyangka bahwa dia pindah dari planet lain, dengan berjuta-juta keping Keajaiban yang aneh yang dia Bawa ke bumi. dan dia masuk ke Sekolahku, bahkan sekelas denganku, di sekolah Favorit yang hanya di isi oleh Anak-anak pintar dan Berbakat, tapi ada juga beberapa anak-anak yang tidak memiliki keduanya namun masih bisa masuk berkat adanya Dana yang kuat. dan itu termasuk Aku, Chiver seorang anak Nakal yang Hobinya mencari Masalah dan bermain Game.
Luna kini masuk kekelasku tanpa berbicara, namun dia hanya menulis kata-kata diatas kertas yang selalu dia bawa dan tergantung di Lehernya, tampaknya itu seperti buku catatan seorang Kutu-buku menurutku. oh ya, dia Sempat menuliskan kata perkenalan yang sudah pasti diacuhkan oleh satu kelas, yang pada dasarnya kelas ku adalah kelas dengan siswa-siswa yang bisa dikatakan kurang Bermoral. dan akhirnya Luna dipersilahkan duduk di bangku Kosong di sebelahku yang berada dibelakang

Ketika dia berjalan kearahku, ku lihat jelas wajahnya yang tadinya terlihat samar karena jauh di depan, begitu indah seakan memancarkan cahaya keajaiban yang nyata, dan pada saat yang sama saat ku memandanginya, dia malah memberikan sebuah Senyuman yang jauh lebih indah dari terangnya cakrawala dikala Senja. dan hal itu tentu saja membuatku tersipu malu, namun dengan cekatan aku Palingkan wajah dan memasang wajah sangarku, tapi dia tetap saja tersenyum. Ada apa dengan dia, sungguh aneh dengan senyuman yang terukir diwajahnya saat memandangku. bahkan sepanjang pelajaran aku masih saja memasang wajah benggisku, dengan anggapan dia akan menjauhiku, Yah sebenarnya aku benci untuk mendekat tapi takut untuk menghindar. Tapi wajah manisnya tetap saja memancarkan senyuman yang indah itu. seakan ingin memetik segala Benciku. "AHHHH!!!! sudahlah, lupakan..." teriakku didalam hati

Jam istirahat pun dimulai, dan dia tidak ingin membaur dengan yang lain, mungkin karena dia memang tidak suka berbaur atau tidak suka memulai sebuah Hubungan, entahlah aku sendiri tidak tahu,"TUNGGU DULU!... kenapa aku harus memikirkannya? bukankan dia itu harus di tatar dulu karena baru masuk di lingkunganku, Lingkungan Singa" ucapku dalam hati. "baiklah rencana awalnya aku akan berkenalan dengan dia, kemudian.... ya, kita lihat saja nanti" pikiran jahatku mulai menjelma menjadi diriku. 

"hai Luna, itu namamu kan?" sapaku, tapi tidak terdengar jawaban.bahkan sampai tiga kali aku memanggilnya, dia tidak sedikitpun menoleh kearahku yang ada dibelakangnya. Sontak hal ini membuatku Malu dan menjadi olok-olokan teman-teman sekelasku, mereka berteriak "DASAR MANUSIA BODOH!" tentu saja itu membuatku marah... "LUNA!" dengan berteriak aku panggil namanya namun dia tetap saja tak bergeming, sungguh membuat hatiku kesal sejadi-jadinya, dan dengan tidak sengaja aku mengatakan "DASAR CEWEK TULI!" dan satu kelasku langsung saja menoleh kearahnya dan kearahku, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi, tapi semua itu aku acuhkan karena kesalku lebih tinggi karena Luna tak mau menjawabku, apa ini karena niat jahatku yang mampu terbaca oleh pikirannya?. entahlah, hatiku masih saja kesal karena tak mendapat sambutan darinya. Hingga akhirnya aku menarik tangannya dan dia terkaget serta relfek dan terjatuh kebawah, semua yang melihat itu justru tertawa "HAHAHAHAHA....." itu terdengar jelas di telingaku, begitu menyakitkan dan memalukan. Bahkan sampai jam pelajaran selesai hingga kami semua pulang, teman sekelasku masih saja membicarakan hal yg terjadi Di jam istirahat tadi. dan saat aku melihat Luna, dia terlihat biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa. dan malah menaruh senyum kepadaku.

......................................................................................................................