Senin, 13 April 2015

DARA DAN CAMAR (PART 2)


DARA DAN CAMAR

"Dara.....! Dara....! Dara....!" teriak Dira yang tengah terlelap dalam tidurnya

Suatu malam yang di kelilingi kabut, suramnya kegelapan, dan gemuruh petir yang membalut hujan di kediaman para penghuni kerajaan burung. Dira bermimpi bahwa dara telah pergi meninggalkan kehidupan dira yang telah lengkap, Dara pergi karena Citra yang mencuri Dira dari dara, dan karena itu Dara memutuskan untuk mengakhiri nafasnya dengan pergi kepasukan Serigala untuk menjadi santapan mereka. 'Sungguh perbuatan yang menyakitkan jika kita merasakan apa yang Dara rasakan, Cintanya di rebut orang yang tak dikenalinya tapi memiliki masa lalu dengan Dira'. Sesaat itulah Dira tersadar dari mimpi buruknya dan menyaksikan bahwa yang disampingnya adalah Citra, bukan Dara, sontak hal itu membuat Citra terkejut mendengar perkataan dan teriakan Dira tentang dara mantan kekasihnya yang mati terbunuh di peperangan antara Kerajaan burung dan pasukan 'Ellano' sang Elang beberapa waktu yang lalu.

Lalu dengan perasaan syahdu Citra mulai menengkan Dira yang tengah dalam kedukaannya yang belum mampu lepas dari tiap keihklasannya untuk merelakan dara. Citra adalah Camar betina yang pernah menjadi teman baik dan sahabatnya Dara. Citra yang masih kecil kala itu hidup sendirian tidak memiliki saudara dan keluarga, karena saudara dan keluarganya telah mati akibat perang besar, bertemu dengan dara kecil ketika mereka berdua tersesat di daerah bukit barisan yang terkenal memiliki banyak bukit yang mirip dan sejajar seolah berbaris rapi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dira tenyata tengah berada dalam alam lain yang tak bisa dipahami orang lain, dia seolah hidup dalam dunianya sendiri, bahkan tidak menghiraukan citra, Camar cantik yang menemaninya, karena Dira terlalu asik berada dalam Fantasinya tentang orang terdekatnya yang telah tiada, bahkan untuk keluar dari khayalan imajinasi dunia yang seharusnya menjadi sejarahnya, tak bisa dia keluarkan dari dalam dirinya, bisa dikatakan bahwa dira tengah dalam Depresi berat. Kakaknya (Tama seekor Merpati) dan kekasihnya (DARA seekor Burung Dara Betina) telah lama tiada akibat perang yang melanda kerajaan Burung. Namun Dira tetap menggangap mereka masih ada, bahkan sering diajak berbicara, Citra yang selalu melihat tingkah itu sungguh tak kuasa  menahan tangis, dan airmatanya telah ribuan bahkan mungkin jutaan kali menetes melihat keadaan Dira yang sungguh berubah, dari yang dulu seekor burung Dara yang sangat populer karena sifatnya yang ramah tamah, baik, seekor burung yang di hormati karena kebijaksanaannya, kini berubah menjadi Pribadi penuh imajinasi dan tingkat Depresi yang tinggi.

Citra saat ini adalah Pendamping Dira, karena ini adalah amanat dara padanya, Dara berpesan "Jagalah Dira seperti aku menjaganya, sayangi Dira sama seperti kau menyayangi Dirimu, aku tahu kau sedari dulu sudah menyayanginya, bahkan mungkin melebihi kasih sayangku padanya, jadi jika suatu saat aku tidak lagi bersama Dira, maka kaulah yang pantas menjaganya"

Citra selalu berduka dan terluka melihat keadaan Dira, citra sangat mencintai Dira bahkan sebelum Dira dan Dara bertemu, Sekitar 5 tahun lalu Citra yang saat itu masih belia bertemu dira diantara selat Cinta, selat dengan julukan Cinta ini memang terkenal dengan mitos cintanya, mitosnya adalah jika sepasang kekasih yang hendak menikah mengucap janji di tempat ini maka mereka akan menjadi pasangan yang bertahan hingga ajal memisahkan. dan bagi yang belum memiliki pasangan bertemu dengan lawan jenisnya di selat ini maka Niscaya mereka akan menjadi pasangan di suatu hari nanti. namun ini hanya mitos. tentu saja Citra dan Dira tidak terlalu mempercayainya.

Pertemuan Citra dan Dira sangatlah unik, saat itu Citra hanyalah Camar betina belia yang tersesat dan tak tahu daerah, memang benar Citra iniadalah Camar yang suka berpergian karena ia tidak memiliki keluarga, untuk itulah alasannya Citra senang berpergian jauh. Sedangkan Dira yang saat itu adalah Dara Jantan yang memiliki Tugas sebagai pengantar pesan dari Kerajaan Burung menuju Tempat yang paling disegani di Dunia binatang, yaitu pulau Matra, tempatnya Para Penguasa Rimba yang di takuti dengan seorang raja Rimba yaitu Sang Raja LEON seekor Singa Bijaksana namun Tegas luar biasa. Dira yang saat itu tengah terbang melewati selat Cinta melihat Camar cantik yang penuh Keresahan dan tampak jelas kebingungan karena hanya berputar-putar di tempat yang sama, hal itu tentu saja menjadi perhatian bagi Dira, dan tanpa ada rasa Curiga Dira menghampiri Camar cantik itu.

"MAAF, saya sedari tadi melihat anda kebingungan, apakah kamu tersesat disekitar daerah ini?" tanya Dira dengan penuh santun dan Sopannya Seorang Pejantan Sejati pada Camar cantik itu.

"Aaaa...." (tampak Citra yang tak mampu berkata)
Citra hanya terdiam, karena belum pernah ia dengar nada kesopanan yang manis dari mulut pejantan manapun, Dia selama ini selalu menganggap Pejantan hanyalah pembuat onar, penebar dendam dan akar masalah dari kematian keluarganya, iya, keluarga citra dibantai oleh para pejantan dari Pasukan Ellano si Elang yang tak ada rasa ampun. dan untuk itulah citra merasa trauma jika ada pejantan yang mendekatinya, namun kali ini berbeda, sebab citra serasa Di agungkan oleh pejantan yang baru dilihatnya ini.

"Maaf, apa kamu mendengarkan saya?" tanya Dira lagi yang tampak bingung dengan lamunan Camar cantik itu.

"EH.... iya, maaf, Saya memang tersesat di Daerah ini" jawab Citra yang tampak malu-malu menjawabnya.

"Darimanakah Asalmu wahai Camar Jelita?" tanya Dira yang penuh Kelembutan.

"A.....saya berasal?.. entahlah.. saya sendiri tidak tahu dimana saya.. asal saya... bahkan keluarga saya... tapi saya ingin pergi ke tempat teman saya, seekor Burung dara yang sama sepertimu." jawab Citra yang setengah Berfikir dan tampak tergagap menjawabnya.

"HA.. maksud kamu, kamu tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, dan kamu hendak pergi ke tempat temanmu, seekor burung yang sejenis dengan saya?" sahut Dira yang terheran-heran mendengar perkataan Camar itu.

"Iya, dan namanya Dara, apakah Kamu mengenalinya?" tanya Citra

"Dara...? saya kenal," jawab Dira

"Maukah kamu mengantar saya ketempatnya?" Pinta Citra

"Tentu, saya akan mengantarmu, Tapi setelah Saya mengantarkan Amanat ini dulu."  jawab Dira sambil menunjukan Sebuah Benda di belakang Pundaknya.

"Baiklah, saya akan ikut menemani kamu" kata Citra, yang tak lagi ragu-ragu dan mulai kehilangan rasa Traumanya pada pejantan.

"Apakah kamu yakin? apakah kamu tidak takut berpergian dengan orang asing?" tanya Dira yang ragu dengan perkataan Citra.

"Iya, saya yakin, dan tampaknya kamu bukan orang asing, karena saya rasa kamu adalah Pejantan yang baik." kata Citra penuh yakin.

"Baiklah, tapi bolehkah saya mengetahui namamu wahai Camar?" tanya Dira

"Namaku Citra, sedangkan siapa namamu Wahai Pejantan?" tanya Citra

"Namaku Dira"

Setelah itu, mereka berdua pergi menuju Pulau matra, di perjalanan, mereka mulai mengenal satu sama lain, dan bahkan tentang Dara, ternyata mereka berdua saling mengenal Dara si Burung Dara Betina. Setelah memberi surat kepada raja Leon, dira dan citra pun pergi menuju ke tempat dara, mereka berdua kembali melewati selat Cinta, dan pada saat itulah Dira bercerita bahwa Dara adalah Seekor betina yang dia cintai, namun belum sempat mengatakan cintanya. karena takut pada kakaknya, Tama sang Merpati Kerajaan. bahkan untuk berkenalan saja dira takut dan sejak itu pula, Rasa Cinta Citra tiba-tiba muncul, semakin hari semakin bertambah.

Mereka pun akhirnya tiba di tempat dara, citra pun bertemu dengan dara, sedangkan dira hanya bertatap malu dengan dara, dan kemudian pamit pulang tanpa berkenalan dengan dara. Dara yang melihat Citra datang ke sarangnya, sungguh sangat senang, namun bingung karena ada pejantan yang mengantarnya. namun citra langsung menceritakan semua, bahkan Citra juga mengatakan bahwa dia langsung mencintai Pejantan itu. Dara yang sebagai sahabat Citra sungguh senang mendengar kisah perjalan mereka, dan dara juga sangat mendukung cinta Citra pada Dira. namun Citra tidak menceritakan bahwa Pejantan itu mencintai Dara, karena ia masih takut kehilangan Dira. begitulah isi pikiran Citra yang buta karena Cinta.

Lalu bagaimana pertemuan Dara dan Dira hingga akhirnya mereka bisa berpisah?
dan bagaimana Citra bisa merelakan Cintanya untuk Dara sahabatnya?
lalu Apakah penyebab Perang yang membuat Dara dan Tama Meninggal?

TUNGGU DI KELANJUTAN KISAHNYA.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar