Kamis, 08 Maret 2018

Sepengal Rasa

Syahdu suaramu


Saat itu hanya ada gemericik hujan
tetesan lembut itu merayap menusuk
sedikit demi sedikit mulai membekas
dan bukit yang terbentang menunduk

Suara pertama dan terakhir itu
syahdu dan tidak lagi merintih pilu
seakan hendak ungkapkan Perpisahan
meski cakrawala yang ada selalu sama

Begitu lembut hingga tidak tersentuh
sangat berharga hingga tidak bisa dimiliki

kertas-kertas yang tertulis akan namamu,
kini terbakar, hancur dan terbang bersama angin
bukan karena tidak ada lagi ingatan.
tapi karena tersiksa akan rasa

MERINDUKANMU...?
mungkin hanya sesederhana kata itu
kenangan yang berharga, ilusi mimpi yg sempurna.

disetiap malamku, aku terjaga dengan kesunyian
kedinginan, dan aku menghangatkan
Jari-jemari yang membeku dengan embusan nafas.
selalu terjaga....
angin malam yg berhembus menanbah dinginnya
genggamlah tanganku, beri sedikit kehangatan
di sela-sela jemariku.

meski hanya aksara yang tak bernafas
meski sekedar dongeng penghantar tidur
aku tetap ingin mendengar Suaramu
meski yang terucapkan hanya satu kata.



Selasa, 29 Maret 2016

Slice of Life

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 3 (End)

 

              Malam pun Tiba dengan langit jingga yang mulai kelam di hiasi gemericik Hujan.

"Ini saat yang tepat untuk melancarkan niat jahatku" pikiran jahatku berteriak, seakan hendak mengalahkan suara-suara rintik hujan yang turun ke bumi. 

Adzan Maghrib pun telah berkumandang, dan jam ditanganku menandakan pukul setengah tujuh, butuh setengah jam lagi untuk melancarkan serangan, tapi itu terasa sangat lama karena ketidak-sabaranku yang memuncak dan akhirnya Setengah jam pun berlalu dengan perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya aku mulai menyelinap keluar dari rumahku, dan mengendap-endap menuju ke tempat kediaman Luna, aku seperti sengaja bertamu dan aku yakin pada saat itu dirumah Luna tidak ada orang lain lagi selain Dia, karena semenjak pulang sekolah hingga saat ini tidak ada orang yang masuk ke rumahnya, bahkan orang tuanya yang entah kemana, dan juga pada saat Luna masuk ke rumahnya, Ia tampaknya membuka pintu dengan kunci cadangan, seakan dia tinggal sendirian disana.

"Baiklah ini saatnya" hati  kecil ku berkata.

"TING-TONG!" bunyi bel yang terletak disamping pintu rumahnya, yang berkali-kali aku bunyikan. tapi Luna belum juga membukakan pintunya. ini sangat membuatku Kesal, sekitar lima menit aku menunggu, sungguh membuatku muak, akhirnya aku memutuskan untuk masuk secara diam-diam, dan ternyata pintu itu tidak terkunci atau mungkin memang sengaja tidak dikunci, entahlah!, aku tidak peduli karena yang aku perdulikan adalah bagaimana menemukan dan melancarkan niat jahatku pada luna.

Aku pun masuk kedalam rumahnya, namun apa yang ku lihat didalam rumahnya tidak pernah  terbayangkan sebelumnya, barang-barang didalam rumahnya begitu terkesan klasik, otentik dan bernilai sejarah yang tinggi, sepertinya barang-barang itu peninggalan keluarga atau mungkin Keluarganya memang suka mengkoleksi barang antik, dan pada saat aku melewati ruangan dengan penuh Lukisan-lukisan Tua aku merasa risih, seakan ada yang menatapku dan mengawasiku dari balik lukisan itu. Nuansa rumah ini benar-benar Menyeramkan. Namun apa peduliku, aku kesini hanya ingin mencari dan melancarkan niatku, (sekali lagi pikiranku itu ku tekankan agar tidak merasakan ketakutan)

Setelah beberapa Ruangan aku singgahi di dalam rumah itu, Luna akhirnya ku temukan di bagian Dapur dan tampak sedang memotong-motong daging yang hendak dimasaknya untuk makan malamnya (setidaknya itu yang ada di dalam pikiranku) kemudian aku memanggilnya, dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat siapa yang sedang asik memotong-motong daging segar itu. ITU BUKAN LUNA, Tapi dia memiliki Wajah yang sama persis dengan Luna yang tadi siang aku lihat di sekolahku, cuma dia memiliki sedikit perbedaan di rambut dan warna kulitnya agak Pucat, seperti mayat.

"S...S...SSII.... SSIAAAPPAAA KAU....?!" tanyaku dengan sedikit ketakutan.


"Hai, Chiver ini aku Lina. Teman kecilmu dulu yang sekarang digantikan oleh luna"

Betapa terkejutnya aku mendengar kata-katanya.

"APA MAKSUDMU?!" teriakku.

"Jadi kau sudah lupa denganku, baiklah aku tidak apa-apa, karena malam ini aku akan membuatmu mengingat segala hal tentang kau dan Aku" dia tampak menyeringgai.

aku hanya bisa terdiam, untuk memahami maksudnya, karena aku benar-benar tidak mengerti apa maksudnya, dan hanya bisa melihat dia memotong-motong daging yang saat ini berada di depannya. sebuah pemandangan yang mengerikan tapi aku seakan terhipotis dengan semua kejadian itu. tak ada sedetikpun tanpa berfikir untuk melarikan diri hanya bisa pasrah dan takut, bahkan untuk bernafas saja sulit bagiku, apalagi berteriak memanggil pertolongan. aku benar-benar dikuasai perasaan takut yang mendalam hingga ketulang belakangku. ini sangat mengerikan ketika aku sadar daging yang Ia potong bukanlah daging sapi atau binatang lainnya, melainkan daging manusia yang ku rasa itu Luna, yang telah dia BUNUH, "niat jahatku ternyata berbalik menjadi sangat menakutkan untukku ketika disuguhi pemandangan orang yang mirip dengan Luna tengah memotong-motong dirinya yang lain" hanya itu yang aku pikirkan saat ini.

"Tolong...!!!!" aku berteriak tapi mulut ini tetap saja bungkam, bahkan ketika aku hendak memalingkan wajah saat Lina hendak mencongkel mata dari kepala yang putus itu, Lina menatapku dengan tajam, seolah menyuruhku untuk tetap melihat apa yang dia lakukan. hal itu tentu saja membuatku semakin diam tak bergeming sedikit pun.

Setelah beberapa saat kemudian Lina akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya, dia pun menghampiriku dengan tersenyum simpul, begitu manis menandakan kerinduan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. dia menarikku menuju kesebuah ruangan yang sangat romantis dengan nuansa klasik yang kental, tempat ini seperti sebuah ruangan penjamuan makan keluarga. tapi  yang ada disini saat ini hanya aku dan Lina. dia memeluk erat tubuhku, dan pada saat itu pula entah kenapa aku bisa merasa tenang meski sebelumnya aku telah melihat dia melakukan tindakan mutilasi kepada kembarannya.

setelah kami duduk bersama, Lina mulai menceritakan Kerinduannya. Dimulai ketika dia melihatku dari jendela kamarnya yang kecil, saat kami masih kanak-kanak hingga dia di tinggalkan sendirian dan di beri perlakuan berbeda dari luna hingga akhirnya dia berontak dan menjadi seperti sekarang ini. mendengarkan itu sungguh memilukan bagiku, karena masih ada yang lebih terpenjara selain diriku. dan akhirnya aku menyadari dari sekian banyak kisah yang dia ceritakan kepadaku, bahwa dia sangat mencintaiku. namun aku sendiri begitu takut kepadanya dan juga merasa Iba. aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku memutuskan untuk pulang karena selain takut, aku ingin menenangkan diri. tapi bagaimana aku bisa keluar dari cengkraman Wanita Psikopat ini? itu yang sedang aku pikirkan.

Hingga akhirnya aku beralasan ingin memakan sesuatu karena Lapar, dan meminta kepada Lina untuk dibuatkan makan malam spesial untukku. Lina mengiyakan permintaan sederhanaku. dia pun berjalan kebelakang dan mulai terdengar suara berisik di bagian Dapur. "Ini saatnya aku lari dari rumah ini" aku pun beranjak dari sofa dan mulai mencari jalan keluar.....

"Brack...!" suara itu yang bergema di kepalaku dan aku tersungkur

--------------------------------------------------------------


Aku membuka mataku dan tersadar, aku melihat sekelilingku tapi ada yang beda, dan ternyata aku berada didalam Kamar Khususku. aku sempat binggung kenapa ini bisa terjadi. aku akhirnya sadar bahwa ini semua hanya mimpi. dan hatiku mulai tenang. "Syukulah, Ini semua Mimpi"

namun ada beberapa hal yang masih aku pertanyakan kenapa Aku harus Diikat dan dikurung didalam Ruangan Putih berukuran 2x3 ini. serta mengenakan pakaian putih seperti Pasien Rumah sakit jiwa.

"Hai Chiver, apa kabarmu?" suara yang kukenal itu memanggilku. tapi entah darimana datangnya.

aku pun mencari asal suara itu, dan benar saja, suara itu berasal dari seseorang yang kukenal, "LINA...?!"

Dia menatapku sedih, seakan aku tak bisa bisa diselamatkan.

"kenapa aku bisa berada disini?, kenapa kau menatapku sedih?  kemana Luna? APA yang kau lakukan? Lepaskan aku!  TOLONG... Biarkan aku pergi!" aku memberontak dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi kayu.


"SADAR CHIVER, SADAR...! kau tidak hidup didalam imajinasimu, kau harus bangun dan melihat dunia nyata." teriaknya sambil meneteskan airmata dan kemudian berlalu pergi.

--------------------------------------------------------------

CHIVER, adalah seorang anak manusia yang dilahirkan dengan imajinasi yang tinggi, dia memiliki sebuah imajinasi yang dia sadari itu adalah kenyataannya, bahkan ketika dia melihat dirinya seperti orang lain dia menganggap itu orang lain, dia tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana imajinasinya, dia mengalami hal ini sejak kecil, ketika tidak ada kenangan atau bahkan trauma berkepanjangan.

LINA(LUNA), adalah teman kecil chiver yang sangat peduli dengan dirinya, Lina anak yang baik dan juga memiliki perasaan kepada Chiver, sedangkan Luna hanya imajinasi Chiver.

DIAN, adalah Mantan kekasih Chiver yang sangat dia cinta namun di Bunuh karena alasan kecemburuan berlebihan

Pada dasarnya semua kisah ini hanyalah imajinasi buatan Chiver.

Berhati-hatilah kepada Sebuah Kisah

Terimakasih..................

Minggu, 21 Februari 2016

Puisi

SANGAT LAMA

Tidak ada pecahan kaca
Ataupun butir-butir pasir
Yang terhempaskan amarah
Yang dihantam sang satire

Hanya pelepas dahaga bagiku
Rasa itu sangat lama
Disusun diatas alfabet baku
Tesis-tesis yang fana

Berpindah dari zona nyaman
'Aku' akhir dari nafasmu
Mengitari cakrawala yang hampa
Kesana-kemari bertumpu angin

Begitu lama... Hingga kita lupa
Kematian yang telah di tangan
Berpapasan dihadapan cermin
Dua sisi tak terpisahkan

Seperti musafir pencari cinta
Namun hanya sepasang kekasih
Yang terlihat memadu kasih
Di ujung pencarian rasa

Sangat Lama menanti, tak berarti
Sangat lama pergi, tak kembali
Sangat lama mencari, tak bermimpi

Jumat, 05 Februari 2016

SLICE OF LIFE

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 2

 Kembali ke Luna, yang Menurutku Gadis dari luar angkasa...
Entah kenapa semenjak kejadian ketika jam istirahat tadi, pikiranku mulai bergejolak seolah hendak mematahkan apapun yang dia miliki, baik perasaanya, jiwanya, atau pun Tubuhnya. Ini  seperti dendam yang penuh kebencian pada Awal bertemu. Baru kali ini aku benar-benar membenci orang Lain selain diriku Sendiri, "ya... Aku memang membenci Diriku melebihi orang lain yang membenciku" itu prinsipku yang begitu Arogan untuk anak-anak seusiaku, yang seharusnya menghabiskan waktu dengan kesenangan dan keindahan masa muda.

Akhirnya Bel pulang pun berbunyi tepat pada Pukul 14.30 dan pada saaat itu aku ingin mengetahuinya segala tentang dia dan lalu memanfaatkannya kemudian menghancurkannya.
Semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang, sedangkan aku tengah mencari rencana apa yang pantas untuk menghancurkan Luna, dan disaat aku ingin mengajaknya pulang bersama karena aku ingin mengetahui dimanakah 'Gadis luar Angkasa' ini tinggal. Dian, seorang gadis dari kelas sebelah yang mengenalku sejak kami masih duduk di bangku Sekolah Dasar datang menghampiriku dan membujukku untuk pulang bersamanya. 

 "Hai Chiver! hari ini aku lupa membawa Handphone-ku jadi aku tidak bisa menelpon untuk diantarkan pulang, jadi bagaimana kalau kita pulang bersama?"tanya Dian dengan penuh harapan bahwa aku akan menemaninya.

"AH... Dasar penguntit kecil, pengganggu Rencana yang sudah ku atur sedemikian rupa untuk membalaskan dendam." kataku dalam hati. tapi mau bagaimana lagi, jika aku menolaknya aku takut orang tuaku marah kepadaku, karena dian tak segan-segan mengadu kepada orang tuaku tentang sikapku disekolah yang hampir saja di keluarkan karena memukuli hampir semua senior yang ada di kelas A, kelas dengan segala anak-anak Pintar dan memiliki Masa depan yg cerah, sedangkan aku di kelas C, sebuah kelas dengan tingkat yang biasa saja.

"Ehmm... bagaimana ya, aku sebenarnya ingin pulang sendiri tapi baiklah aku akan menemanimu pulang hari ini, tapi  ini karena kita tentangga ya, tidak lebih" kataku mengalah dengan keadaan dan memperjelas.
"Ohh... iya, ya, yang penting kita pulang bersama. dan sebenarnya aku juga tidak mau bersamamu, tapi ini karena aku takut pulang sendiri, jadi aku memintamu menemaniku karena kita searah " Ucap Dian dengan penuh perasaan Senang yang terlihat jelas yang dia coba sembunyikan dengan perkataan tak penting.
Dan saat itu Aku sempat melihat Luna seperti menunduk dan tak mau menatapku dan Dian. dia segera bergegas dan langsung meninggalkan aku dengan dian di depan kelas. Luna seperti menahan Airmata dan terburu, itu yang sekilas aku lihat sebelum dia pergi, dan entah kenapa aku merasa ada yang salah dengan ini, tapi sifat dasarku yang enggan Peduli membuatku mengacuhkan itu semua.

Akhirnya aku dan dian berjalan bersama untuk pulang kerumah, (sebenarnya, aku memiliki kendaraan Roda Dua pemberian dari ayahku, Jenis SPORT dengan CC yang lumayan besar. tapi aku tak ingin membawanya kesekolah, karena aku tidak suka jika di berikan sesuatu yang tidak perlu). Jarak rumah kami ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya butuh Lima belas menit untuk sampai. jadi aku tidak terlalu memerlukan kendaraan yang diberikan orang tuaku.

Setelah melewati gerbang sekolah, aku dan dian berjalan diiringi sautan klackson mobil dan motor, dan juga di beri sedikit Nada-nada bising mesin-mesin yang panas dari macetnya jalan. dan aku sempat melihat luna berjalan kearah yang sama denganku dan Dian, kearah Komplek perumahan Elit yang sama. lalu aku pun berpura-pura tidak melihatnya. karena aku yakin jika aku melihatnya maka dia akan menggapku sebagai penguntit, atau bahkan lebih buruk dari itu. aku dan dian pun berjalan seirama langkah Angin yang berhembus menghapus segala sesalku tadi dan entah kenapa aku semakin penasaran dengan Luna, sebab jalan yang aku lewati sama dengan yang dia lewati, "apakah dia tinggal di sekitar tempat tinggalku?" pikirku penuh rasa Curiga.
"CHIVER!" teriak Dian membuyarkan pikiranku.
"kamu kenapa sedari tadi aku lihat kau hanya berdiam dan tidak serusuh biasanya, kamu sakit ya?" tanya dian
"tidak, aku tidak apa-apa" jawabku sekedarnya.
Tak terasa kami telah sampai di depan pagar rumah masing-masing, dan tak sengaja aku melihat Luna masuk kedalam rumah yang ada di sebelah rumahnya dian, tepatnya sekitar tiga rumah dari rumahku. Setahu-ku Rumah itu sudah tidak berpenghuni sejak Aku naik ke kelas 3 SD. tapi entah kenapa itu tampak seperti tak Asing bagiku. lalu, tiba-tiba aku teringat akan Niat Jahatku tadi di sekolah untuk menghancurkan luna

"Hahaha... ini kesempatanku" teriak ku dalam hati.
"Chiver! nanti malam aku main kerumahmu ya?" teriak Dian yang selalu menggangu Pikiranku.
lansung saja aku menolaknya dengan alasan aku ingin Fokus belajar dan tidak ingin di ganggu malam ini, (namun sebenarnya alasanku menolaknya agar aku bisa mampir ke tempat luna) tentu saja jawabanku itu membuat Dian tampak sedikit Murung dan dia sembunyikan di balik senyuman dan berkata "OH... baiklah, semoga sukses ya!"
"Ya... Terima kasih!" jawabku dan tidak lupa aku Sunggingkan Senyum kepalsuanku padanya.
Tentu saja setelah melihat senyumku Dian kembali tersenyum dengan leganya, entah kepada dia begitu kepadaku, padahalkan dia itu Siswi terPOPULER di sekolah. semua lelaki yang di sekolah tertarik padanya, namun hanya aku lelaki yang dia ajak berbicara. dan menurut beberapa artikel iseng yang pernah aku baca, itu tandanya Dian menyukaiku. tapi aku hanya menggangapnya sebagai teman sejak kecil tidak lebih.

Aku pun masuk ke rumah dan mulai mempersiapkan segala rencana yang sempat tertunda tadi, dan juga aku sangat tidak sabar menunggu malam tiba untuk memulai niat jahatku. "tunggu saja kau Luna, semua akan ada harganya" pikiran jahatku mulai bereaksi kembali.


---------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 20 Januari 2016

Slice Of Life

SLICE OF LIFE

 

(Bukan Sebuah Kisah yang sepantasnya terungkap)

PART 1

    Perkenalkan namaku Chiver, bukan "Lucifer" Didalam kisah Alkitab atau pun "Ulquiorra Chiver" dalam Kisah Anime BLEACH tapi ini lah namaku, pemberian terindah yang akan menjadi apapun yang akan aku lakukan. Tahukah kalian bagian kehidupan ku adalah bayangan, meski aku telah berdiri sendiri dengan kakiku. tapi tidak ada satu orang pun yang melihatku didalam GELAP.  Dan saat ini aku tidak lagi memiliki Raga yang utuh seperti layaknya Manusia.

Baiklah, kita mulai saja kisahnya......

Luna, seorang gadis Kecil yang baru saja pindah Sekolah dari tempat yang tidak pernah aku ketahui. tapi pada saat itu aku menyangka bahwa dia pindah dari planet lain, dengan berjuta-juta keping Keajaiban yang aneh yang dia Bawa ke bumi. dan dia masuk ke Sekolahku, bahkan sekelas denganku, di sekolah Favorit yang hanya di isi oleh Anak-anak pintar dan Berbakat, tapi ada juga beberapa anak-anak yang tidak memiliki keduanya namun masih bisa masuk berkat adanya Dana yang kuat. dan itu termasuk Aku, Chiver seorang anak Nakal yang Hobinya mencari Masalah dan bermain Game.
Luna kini masuk kekelasku tanpa berbicara, namun dia hanya menulis kata-kata diatas kertas yang selalu dia bawa dan tergantung di Lehernya, tampaknya itu seperti buku catatan seorang Kutu-buku menurutku. oh ya, dia Sempat menuliskan kata perkenalan yang sudah pasti diacuhkan oleh satu kelas, yang pada dasarnya kelas ku adalah kelas dengan siswa-siswa yang bisa dikatakan kurang Bermoral. dan akhirnya Luna dipersilahkan duduk di bangku Kosong di sebelahku yang berada dibelakang

Ketika dia berjalan kearahku, ku lihat jelas wajahnya yang tadinya terlihat samar karena jauh di depan, begitu indah seakan memancarkan cahaya keajaiban yang nyata, dan pada saat yang sama saat ku memandanginya, dia malah memberikan sebuah Senyuman yang jauh lebih indah dari terangnya cakrawala dikala Senja. dan hal itu tentu saja membuatku tersipu malu, namun dengan cekatan aku Palingkan wajah dan memasang wajah sangarku, tapi dia tetap saja tersenyum. Ada apa dengan dia, sungguh aneh dengan senyuman yang terukir diwajahnya saat memandangku. bahkan sepanjang pelajaran aku masih saja memasang wajah benggisku, dengan anggapan dia akan menjauhiku, Yah sebenarnya aku benci untuk mendekat tapi takut untuk menghindar. Tapi wajah manisnya tetap saja memancarkan senyuman yang indah itu. seakan ingin memetik segala Benciku. "AHHHH!!!! sudahlah, lupakan..." teriakku didalam hati

Jam istirahat pun dimulai, dan dia tidak ingin membaur dengan yang lain, mungkin karena dia memang tidak suka berbaur atau tidak suka memulai sebuah Hubungan, entahlah aku sendiri tidak tahu,"TUNGGU DULU!... kenapa aku harus memikirkannya? bukankan dia itu harus di tatar dulu karena baru masuk di lingkunganku, Lingkungan Singa" ucapku dalam hati. "baiklah rencana awalnya aku akan berkenalan dengan dia, kemudian.... ya, kita lihat saja nanti" pikiran jahatku mulai menjelma menjadi diriku. 

"hai Luna, itu namamu kan?" sapaku, tapi tidak terdengar jawaban.bahkan sampai tiga kali aku memanggilnya, dia tidak sedikitpun menoleh kearahku yang ada dibelakangnya. Sontak hal ini membuatku Malu dan menjadi olok-olokan teman-teman sekelasku, mereka berteriak "DASAR MANUSIA BODOH!" tentu saja itu membuatku marah... "LUNA!" dengan berteriak aku panggil namanya namun dia tetap saja tak bergeming, sungguh membuat hatiku kesal sejadi-jadinya, dan dengan tidak sengaja aku mengatakan "DASAR CEWEK TULI!" dan satu kelasku langsung saja menoleh kearahnya dan kearahku, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi, tapi semua itu aku acuhkan karena kesalku lebih tinggi karena Luna tak mau menjawabku, apa ini karena niat jahatku yang mampu terbaca oleh pikirannya?. entahlah, hatiku masih saja kesal karena tak mendapat sambutan darinya. Hingga akhirnya aku menarik tangannya dan dia terkaget serta relfek dan terjatuh kebawah, semua yang melihat itu justru tertawa "HAHAHAHAHA....." itu terdengar jelas di telingaku, begitu menyakitkan dan memalukan. Bahkan sampai jam pelajaran selesai hingga kami semua pulang, teman sekelasku masih saja membicarakan hal yg terjadi Di jam istirahat tadi. dan saat aku melihat Luna, dia terlihat biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa. dan malah menaruh senyum kepadaku.

......................................................................................................................



Selasa, 08 Desember 2015

Puisi

"Mikasa"

Sebelum adanya kesempatan Berdiri
Ada untuk mengambil, Pada saat ini - saat yang tepat ini
Aku akan mempersiapkan diri
Untuk menghadapi rakasa yang hanya Aku saja yang bisa taklukkan
Menyulap kekuatan, yang diberikan kepada jiwa kita
Menyulap kekuatan

Sejajarkan batu untuk membentuk pesan di pasir
Aku tidak akan pernah melepaskan
Hal ini ditulis dalam pasir

Yang terletak di bawah-ku
Menatap kembali pada seorang pria tak berdaya
Aku sudah melakukan semua yang aku bisa
Itu terletak di tangan mereka yang mencari suara, melonjak di atas sisanya
Dibangun dari tanah
Membentuk goresan pada permukaan
Kami bertahan di malangnya waktu
Menyulap kekuatan
Dan kami berkembang di malangnya waktu

NERAKA (Sajak)

NERAKA...!

DUNIA.....!
Iya, Dunia... Dunia yang kau Singgahi.
apakah engkau tahu sepatutnya kita terkubur
sebab dunia adalah Neraka yang memiliki Harapan

Seperti cermin yang berhadapan
kita terbelah ditengahnya.
melubangi diri dengan Dosa dan Dusta.
berpapasan dalam tiga suasana
Surga, Neraka, atau Dunia.

Membusuk...
Menghias...
Terbakar...
Di Puja...
Di Hujat...
Suci...
Nista...
Luka...
Tawa...
Siksa...

Entahlah... banyak angka dan kata yang berkutat,
sejenak bertempurlah menemui Takdirmu
hantam dendam dan tuntaskan Derita.
 ..................
Bukan, ini bukan tentang Dendam,
itu sanggahmu pada fakta.
tapi tetes demi tetes yang kau keluhkan
seakan membungkus engkau pada DUKA.

jangan menyalahkan Diri
salahkanlah apa yang tak pernah kau perbuat.

MEMBIARKAN DIRI TERSAKITI AGAR YANG LAIN TIDAK TERSAKITI?
dalam kegilaan kita mampu bertahan
bahkan saat terhunusnya pedang,
kau masih mendustai dirimu.
bukankah kegilaan itu yang mampu
iya, kegilaan itu mampu merubahmu
bahkan mereka pun mengerti itu

Kamis, 17 September 2015

Serupa

SERUPA

Seperti mawar yang bermekar.
Kau menawarkan keindahan.
Seumpama untaian kata puitis.
Kau mengutarakan nuansa harmonis.

Kecantikan purnama selalu memanah.
Membuat imaji tiada berhenti
Merangkai prosa atau bahkan cinta
Yang senantiasa tertuju padamu.

Merah dan merona aura wajah
Tak sedetik pun aku palingkan.
Engkau adalah inti tata surya.
Membuatku mengitari Cakrawala.

Dan pada malam aku berdoa
Bertahanlah pada hati nyata
Nantinya akan menuntun rentang
Hingga kau dan aku bersatu

Sabtu, 08 Agustus 2015

Bring Me The Horizon - Throne Lyrics

Bring Me The Horizon - Throne


Remember the moment
You left me alone and
Broke every promise you ever made 
I was an ocean
Lost in the open 
Nothing could take the pain away
So you can throw me to the wolves 
Tomorrow I will come back 
Leader of the whole pack
Beat me black and blue 
Every wound will shape me 
Every scar will build my throne
The sticks and the stones that
You used to throw have
Built me an empire 
So don’t even try 
To cry me a river
Cos’ I forgive you 
You are the reason I still fight 
I’ll leave you choking 
On every word you left unspoken
Rebuild all that you’ve broken 
And now you know 
Every wound will shape me 
Every scar will build my throne

Sejenak Syair

   Saat ini aku tidak mengerti dengan nada fiksi suaraku, mereka berkutat membungkus segala kepedihan yang meracuniku, berbisik penuh arti seakan menggoda untuk melihat keberadaanmu dalam cermin dan berkata Kepada Perempuanku;
 'Tiada yang lebih Mengerti Daripada Tetes Embun saat Menyapa Pipiku'
Terpejam namun tetap menatap Keindahan Nuansa Hitam...




Motionless In White Lyrics

"Wasp"

January is the color of her skin
February are her lips so inviting
Silk hair as short as her fuse
She's been damaged, she's been misused

Her eyes reflect like the rain on the pavement
I take control, she explodes, sink into her depths
I'm the tremble in her voice when she attempts to speak
Fixate on the frailty

We lie awake and watch it grow
She hesitates to grab a hold
Her body shakes, her breath is cold
To keep her safe is all I know

Her lipstick stains like acid rain
Dissolving away my sense of restraint
The streetlamps burned through the cloak of the fog
Concealing the violence, I've been stung by the wasp

So come to me
No sense of restraint
So come for me
Come with me and disappear without a trace

Criminal, in how I crave the way she tastes
I'm the rapture in her head when she attempts to sleep
It's haunting, she kills me

No time or place to take it slow
And my head aches but I refuse to go
Her face as soft as snow
She looks so lost but she feels like home

Her lipstick stains like acid rain
Dissolving away my sense of restraint
Streetlamps burned through the cloak of the fog
Concealing the violence, I've been stung by the wasp

So come to me
No sense of restraint
So come for me

I will wait endlessly
I will break you carefully
So take me harmfully
You fit so perfectly
I will wait

Her lipstick stains like acid rain
Dissolving away my sense of restraint
The streetlamps burn through the cloak of the fog
Concealing the violence, I've been stung...

Some hurt me again, it's not worth saving
The heart that I've spent my whole life breaking
The windshield cracks through the cloak of the fog
Concealing in silence, I've been stung by the wasp

Senin, 20 April 2015

Untuk para SAHABAT

SAHABAT

Sahabat, masih ingatkah engkau
Pada jarum yang menusuk kita
saat kita mencoba berdiri diatasnya?
Sahabat, masih adakah kenangan
ysng mungkin tak terlupakan
dan masih kau kenang?

Sahabatku yang lalu
kini kita tumbuh dan Berbeda
kau jadi Jati, aku Benalu

Sahabatku, jangan pernah ingatkanku
akan Kebusukanku disela canda tawa-mu
yang ingin kau tunjukan pada Dunia

SAHABAT...!
Terbanglah menuju tata surya
cari mimpi, rebut medali, bawa kemari
Angkat dan banggakan di hadapanku
tak perlu ragu...
kini itu duniamu
tak perlu Malu...
aku ini masih menyanjungmu

Sahabatku yang terbaik.
Sucikanlah keyakinanmu dengan air penuh ilmu
membakti pada iman dan keinginan
dan buktikan pada masa depan

Tanganmu mampu menggenggam cakrawala
menundukan keresahan dunia

Dan...
Ketika berjumpa denganku
aku akan berada
walau kita telah berbeda

Senin, 13 April 2015

DARA DAN CAMAR (PART 2)


DARA DAN CAMAR

"Dara.....! Dara....! Dara....!" teriak Dira yang tengah terlelap dalam tidurnya

Suatu malam yang di kelilingi kabut, suramnya kegelapan, dan gemuruh petir yang membalut hujan di kediaman para penghuni kerajaan burung. Dira bermimpi bahwa dara telah pergi meninggalkan kehidupan dira yang telah lengkap, Dara pergi karena Citra yang mencuri Dira dari dara, dan karena itu Dara memutuskan untuk mengakhiri nafasnya dengan pergi kepasukan Serigala untuk menjadi santapan mereka. 'Sungguh perbuatan yang menyakitkan jika kita merasakan apa yang Dara rasakan, Cintanya di rebut orang yang tak dikenalinya tapi memiliki masa lalu dengan Dira'. Sesaat itulah Dira tersadar dari mimpi buruknya dan menyaksikan bahwa yang disampingnya adalah Citra, bukan Dara, sontak hal itu membuat Citra terkejut mendengar perkataan dan teriakan Dira tentang dara mantan kekasihnya yang mati terbunuh di peperangan antara Kerajaan burung dan pasukan 'Ellano' sang Elang beberapa waktu yang lalu.

Lalu dengan perasaan syahdu Citra mulai menengkan Dira yang tengah dalam kedukaannya yang belum mampu lepas dari tiap keihklasannya untuk merelakan dara. Citra adalah Camar betina yang pernah menjadi teman baik dan sahabatnya Dara. Citra yang masih kecil kala itu hidup sendirian tidak memiliki saudara dan keluarga, karena saudara dan keluarganya telah mati akibat perang besar, bertemu dengan dara kecil ketika mereka berdua tersesat di daerah bukit barisan yang terkenal memiliki banyak bukit yang mirip dan sejajar seolah berbaris rapi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dira tenyata tengah berada dalam alam lain yang tak bisa dipahami orang lain, dia seolah hidup dalam dunianya sendiri, bahkan tidak menghiraukan citra, Camar cantik yang menemaninya, karena Dira terlalu asik berada dalam Fantasinya tentang orang terdekatnya yang telah tiada, bahkan untuk keluar dari khayalan imajinasi dunia yang seharusnya menjadi sejarahnya, tak bisa dia keluarkan dari dalam dirinya, bisa dikatakan bahwa dira tengah dalam Depresi berat. Kakaknya (Tama seekor Merpati) dan kekasihnya (DARA seekor Burung Dara Betina) telah lama tiada akibat perang yang melanda kerajaan Burung. Namun Dira tetap menggangap mereka masih ada, bahkan sering diajak berbicara, Citra yang selalu melihat tingkah itu sungguh tak kuasa  menahan tangis, dan airmatanya telah ribuan bahkan mungkin jutaan kali menetes melihat keadaan Dira yang sungguh berubah, dari yang dulu seekor burung Dara yang sangat populer karena sifatnya yang ramah tamah, baik, seekor burung yang di hormati karena kebijaksanaannya, kini berubah menjadi Pribadi penuh imajinasi dan tingkat Depresi yang tinggi.

Citra saat ini adalah Pendamping Dira, karena ini adalah amanat dara padanya, Dara berpesan "Jagalah Dira seperti aku menjaganya, sayangi Dira sama seperti kau menyayangi Dirimu, aku tahu kau sedari dulu sudah menyayanginya, bahkan mungkin melebihi kasih sayangku padanya, jadi jika suatu saat aku tidak lagi bersama Dira, maka kaulah yang pantas menjaganya"

Citra selalu berduka dan terluka melihat keadaan Dira, citra sangat mencintai Dira bahkan sebelum Dira dan Dara bertemu, Sekitar 5 tahun lalu Citra yang saat itu masih belia bertemu dira diantara selat Cinta, selat dengan julukan Cinta ini memang terkenal dengan mitos cintanya, mitosnya adalah jika sepasang kekasih yang hendak menikah mengucap janji di tempat ini maka mereka akan menjadi pasangan yang bertahan hingga ajal memisahkan. dan bagi yang belum memiliki pasangan bertemu dengan lawan jenisnya di selat ini maka Niscaya mereka akan menjadi pasangan di suatu hari nanti. namun ini hanya mitos. tentu saja Citra dan Dira tidak terlalu mempercayainya.

Pertemuan Citra dan Dira sangatlah unik, saat itu Citra hanyalah Camar betina belia yang tersesat dan tak tahu daerah, memang benar Citra iniadalah Camar yang suka berpergian karena ia tidak memiliki keluarga, untuk itulah alasannya Citra senang berpergian jauh. Sedangkan Dira yang saat itu adalah Dara Jantan yang memiliki Tugas sebagai pengantar pesan dari Kerajaan Burung menuju Tempat yang paling disegani di Dunia binatang, yaitu pulau Matra, tempatnya Para Penguasa Rimba yang di takuti dengan seorang raja Rimba yaitu Sang Raja LEON seekor Singa Bijaksana namun Tegas luar biasa. Dira yang saat itu tengah terbang melewati selat Cinta melihat Camar cantik yang penuh Keresahan dan tampak jelas kebingungan karena hanya berputar-putar di tempat yang sama, hal itu tentu saja menjadi perhatian bagi Dira, dan tanpa ada rasa Curiga Dira menghampiri Camar cantik itu.

"MAAF, saya sedari tadi melihat anda kebingungan, apakah kamu tersesat disekitar daerah ini?" tanya Dira dengan penuh santun dan Sopannya Seorang Pejantan Sejati pada Camar cantik itu.

"Aaaa...." (tampak Citra yang tak mampu berkata)
Citra hanya terdiam, karena belum pernah ia dengar nada kesopanan yang manis dari mulut pejantan manapun, Dia selama ini selalu menganggap Pejantan hanyalah pembuat onar, penebar dendam dan akar masalah dari kematian keluarganya, iya, keluarga citra dibantai oleh para pejantan dari Pasukan Ellano si Elang yang tak ada rasa ampun. dan untuk itulah citra merasa trauma jika ada pejantan yang mendekatinya, namun kali ini berbeda, sebab citra serasa Di agungkan oleh pejantan yang baru dilihatnya ini.

"Maaf, apa kamu mendengarkan saya?" tanya Dira lagi yang tampak bingung dengan lamunan Camar cantik itu.

"EH.... iya, maaf, Saya memang tersesat di Daerah ini" jawab Citra yang tampak malu-malu menjawabnya.

"Darimanakah Asalmu wahai Camar Jelita?" tanya Dira yang penuh Kelembutan.

"A.....saya berasal?.. entahlah.. saya sendiri tidak tahu dimana saya.. asal saya... bahkan keluarga saya... tapi saya ingin pergi ke tempat teman saya, seekor Burung dara yang sama sepertimu." jawab Citra yang setengah Berfikir dan tampak tergagap menjawabnya.

"HA.. maksud kamu, kamu tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, dan kamu hendak pergi ke tempat temanmu, seekor burung yang sejenis dengan saya?" sahut Dira yang terheran-heran mendengar perkataan Camar itu.

"Iya, dan namanya Dara, apakah Kamu mengenalinya?" tanya Citra

"Dara...? saya kenal," jawab Dira

"Maukah kamu mengantar saya ketempatnya?" Pinta Citra

"Tentu, saya akan mengantarmu, Tapi setelah Saya mengantarkan Amanat ini dulu."  jawab Dira sambil menunjukan Sebuah Benda di belakang Pundaknya.

"Baiklah, saya akan ikut menemani kamu" kata Citra, yang tak lagi ragu-ragu dan mulai kehilangan rasa Traumanya pada pejantan.

"Apakah kamu yakin? apakah kamu tidak takut berpergian dengan orang asing?" tanya Dira yang ragu dengan perkataan Citra.

"Iya, saya yakin, dan tampaknya kamu bukan orang asing, karena saya rasa kamu adalah Pejantan yang baik." kata Citra penuh yakin.

"Baiklah, tapi bolehkah saya mengetahui namamu wahai Camar?" tanya Dira

"Namaku Citra, sedangkan siapa namamu Wahai Pejantan?" tanya Citra

"Namaku Dira"

Setelah itu, mereka berdua pergi menuju Pulau matra, di perjalanan, mereka mulai mengenal satu sama lain, dan bahkan tentang Dara, ternyata mereka berdua saling mengenal Dara si Burung Dara Betina. Setelah memberi surat kepada raja Leon, dira dan citra pun pergi menuju ke tempat dara, mereka berdua kembali melewati selat Cinta, dan pada saat itulah Dira bercerita bahwa Dara adalah Seekor betina yang dia cintai, namun belum sempat mengatakan cintanya. karena takut pada kakaknya, Tama sang Merpati Kerajaan. bahkan untuk berkenalan saja dira takut dan sejak itu pula, Rasa Cinta Citra tiba-tiba muncul, semakin hari semakin bertambah.

Mereka pun akhirnya tiba di tempat dara, citra pun bertemu dengan dara, sedangkan dira hanya bertatap malu dengan dara, dan kemudian pamit pulang tanpa berkenalan dengan dara. Dara yang melihat Citra datang ke sarangnya, sungguh sangat senang, namun bingung karena ada pejantan yang mengantarnya. namun citra langsung menceritakan semua, bahkan Citra juga mengatakan bahwa dia langsung mencintai Pejantan itu. Dara yang sebagai sahabat Citra sungguh senang mendengar kisah perjalan mereka, dan dara juga sangat mendukung cinta Citra pada Dira. namun Citra tidak menceritakan bahwa Pejantan itu mencintai Dara, karena ia masih takut kehilangan Dira. begitulah isi pikiran Citra yang buta karena Cinta.

Lalu bagaimana pertemuan Dara dan Dira hingga akhirnya mereka bisa berpisah?
dan bagaimana Citra bisa merelakan Cintanya untuk Dara sahabatnya?
lalu Apakah penyebab Perang yang membuat Dara dan Tama Meninggal?

TUNGGU DI KELANJUTAN KISAHNYA.....