DARA DAN CAMAR
Ada dua ekor burung dara jantan dan betina bersarang di atas pohon rindang di salah satu ranting yang kokoh. mereka adalah sepasang burung yang murah hati penuh dengan kasih sayang, tak mampu meninggalkan kepedulian mereka demi alasan apapun, sungguh penggambaran yang indah untuk kita wahai manusia. Nama yang jantan 'Dira', sedangkan yang betina 'Dara'. ya, nama mereka memang hampir sama, seperti tingkah mereka yang selalu dianggap sama sebagai saudara kembar, namun mereka justru dari keluarga yang berbeda.
Suatu hari mereka kedatangan tamu, tamu itu adalah Tama seekor burung merpati yang tidak lain adalah saudara Dira, mereka berbincang tentang kenangan masa kecil mereka ketika terbang bersama dan saling mengalahkan untuk menjadi yang tercepat. suatu percakapan yang tak ada hentinya.
"Dira, kau masih ingat tentang kekalahanmu ketika kita beradu cepat melewati batas laut selatan menuju china?" kalimat itu terbuang dari paruh merpati dan dengan gagahnya ia katakan.
"Yah tentu saja aku masih mengingatnya, dan kau tahu kenapa?"
"Kenapa?" jawab Tama yang tampak binggung
"Karena aku tak ingin mengalahkan kakakku sendiri, kakakku itu adalah panutanku, jadi jika aku mengalahkanmu, maka burung yang lain pasti akan menganggapmu lebih lemah dibandingkan aku, sedangkan kala itu kau masih menjadi seekor burung tercepat sebelum dikalahkan Ellano, si Elang perkasa itu."
"Apa, jadi selama ini kau selalu mengalah dan menganggap aku ini lemah karena aku ini adalah kakakmu?" kata Tama dengan nada yang tinggi seakan tidak terima perkataan Dira.
"Tidak, bukan itu maksudku, tapi aku tidak ingin membuat kau malu di depan para pemujamu. Aku hanya ingin kau tetap dihormati dan disegani bangsa burung dan aku juga belum tentu mampu mengalahkanmu di pertarungan kita waktu itu" Kata Dira gugup dan takut akan kakaknya yang telah menjadi panglima perang di kalangan bangsa burung.
"Lalu, apa maksud dari perkataanmu tadi wahai saudara kesayanganku?" tampak Tama yang mulai tenang atas pernyataan Dira.
"Aku hanya takut jika mungkin aku mengalahkanmu kala itu, mungkin aku sekarang akan diburu oleh Ellano, dan hidupku tidak berjalan seperti sekarang ini, damai dan ditemani kekasih hidupku Dara"
"Jadi maksudmu tidak ingin mengalahkanku karena kau tak ingin bertarung melawan Ellano dan mungkin kau akan kehilangan Dara, atau kau takut aku akan membencimu karena kau akan mengambil kepopuleranku? jika karena kau takut aku akan membencimu, tenanglah saudaraku, aku akan tetap menyayangimu meski aku tidak menjadi burung kerajaan seperti sekarang ini" Tama mulai bahagia karena mengetahui saudaranya ini begitu mengerti ambisinya menjadi bagian dari burung kerajaan.
"Terima kasih saudaraku, kau mengerti apa maksudku. kau benar-benar sayang kepadaku." kata Dira yang bahagia mendengar perkataan Tama yang pengertian.
"Iya, sama-sama, aku juga tahu kau pasti sangat menyayangiku, oh ya, suatu saat nanti aku ingin kita bertarung melewati batas samudra hindia menuju india. tapi ini bukan tentang apapun. ini hanya tentang kita, kau dan aku, bertarung demi persaudaraan, maukah kau melawanku nanti?" tanya Tama dengan penuh kebaikan seorang kakak yang ingin melihat adiknya berjuang mengalahkannya.
"Baiklah kakak, aku terima tantanganmu" penuh keyakinan Dira menjawab
Mereka berbincang hingga tak sadar berapa lama waktu yang mereka habiskan dengan berkata-kata. Dan di tengah perbincangan hangat mereka, Dara pulang setelah mencari buah-buahan untuk makan malam Dira dan dirinya. Dara masuk kedalam sarang kemudian memberi salam dan ternyata di sarangnya ada Tama seekor merpati yang dulu menjodohkan Dara dengan Dira.
"Assallamuallaikum" Salam Dara.
"Wallaikumsalam" serentak Dira dan Tama menjawab.
Dara tampak sedikit canggung melihat mereka berdua di dalam sarang yang sama namun Dara langsung saja bersikap santai dengan menyalami Dira dan Tama, sebagai tanda santun dan sopannya seekor Istri kepada suami dan Adik kepada kakak iparnya.
"Kak Tama udah lama disini, kenapa tidak memberi tahu kalau mau datang hari ini, jadikan Dara bisa sediakan makan malam, setidaknya Air minum untuk tamu terhormat seperti kakak" canda Dara yang tampak senang atas kedatangan Tama ke sarang mereka yang masih baru.
"Maaf ya kalau Kakak datangnya tidak memberi kabar, soalnya kakak lagi kangen berat dengan adik kecil kakak yang sekarang sudah menjadi suamimu" Tama mulai ikut larut dalam candaan Dara.
"Ahh.... apa-apaan sih Tama. jangan membuatku tampak seperti anak kecil di depan Dara" wajah Dira mulai memerah karena perkataan Tama.
"Sudahlah, kalian berdua ini selalu saja bertengkar dengan hal kecil seperti ini." sahut Dara yang tampak menahan tawa akibat kelakuan Dira yang seperti anak kecil jika ada kakaknya
kemudian Dara masuk kedalam untuk menyediakan jamuan untuk mereka bertiga.
"Kak tama, mau minum apa, atau mau makan apa?" tanya dira ketika hendak masuk menuju dapur mereka.
"Tidak usah repot-repot, Aku mau pergi sebentar lagi, masih banyak tugas dari kerajaan yang harus aku selesaikan" jawab Tama yang sebenarnya mencuri waktu agar bisa bertemu Dira
Sesaat kemudian Tama pamit, dan pulang menuju kerajaan untuk melanjutkan tugasnya. Dira dan Dara pun melanjutkan kembali aktifitas seperti biasanya.
Keesokan harinya ada berita bahwa ada seekor burung yang menjadi ancaman dari pihak kerajaan, burung itu sangat licik, mampu menipu burung lain bahkan sang raja burung, Raja PHOENIX menyuruh Gagak dan Garuda beserta pasukannya untuk mencari burung itu, bahkan Tama juga ikut mencari bersama pasukan Rajawali dan beberapa pasukan Burung lainnya. Dira pun mendengar kabar itu dari beberapa burung penjaga yang memberi informasi dari pengumuman di lapangan. Kerajaan Burung sedang dalam masalah jika burung Licik itu bisa bergabung dengan pasukan Ellano, seekor Elang yang sangat ditakuti di seluruh kerajaan burung.
Dira pun pulang memberitahu Dara bahwa ada burung yang sangat berbahaya, namun ketika sampai kedalam sarang Dira terkejut mengetahui bahwa ada tamu asing yang datang dan sedang berbincang-bincang dengan dara, Burung itu berjenis Camar, Dira langsung saja masuk dan dengan penuh curiga kepada Camar itu, Dira menyuruh Dara kebelakang menuju dapur untuk menyampaikan apa yang sedang terjadi di kerajaan Burung, Dara pun terkejut dan mulai waspada terhadap Camar yang ada di ruang tamu mereka. dan ketika mereka menuju ruang tamu, camar itu menghilang tak ada jejak. mereka mulai curiga dengan camar itu
"Camar itu siapa ya, apa itu burung yang dicari sama kerajaan?" tanya Dira pada Dara
"Aku tidak tahu sayang, yang jelas tadi camar itu mengakui kenal sama kamu" jawab Dara
"HA... Camar itu kenal denganku? aku saja tidak tahu dia itu siapa, lalu kenapa dia bisa kenal denganku? apa aku dulu pernah dikenal sampai sejauh itu, keluarga camar kan memili tempat tinggal yang jauh dari kerumunan dan juga terkenal jauh dari Kerajaan. lalu kenapa dia bisa mengenaliku?" tanya Dira yang kebingungan atas pernyataan Dara.
"Entahlah, aku juga tidak tahu tentang Kabar kepopuleranmu di kalangan Camar, karena aku selama ini selalu mendengar kabarmu dari kalangan merpati dan dara serta beberapa kalangan burung kerdil lainnya. Oh iya, tadi dia bilang namanya Citra, dan dia seekor camar betina, apa kamu pernah dengar nama itu? atau kamu pernah kencan dengan camar itu " Dara bertanya dengan nada menyindir pada Dira karena ada sedikit kecemburuan akibat camar Betina itu.
"Citra? aku saja baru mendengar namanya, bagaimana bisa aku berkencan dengan dia, sedangkan aku selalu sibuk memperhatikan kamu Dara, aku bahkan tak mempunyai waktu untuk terbang menuju ketempat yang harus aku lalui setiap hari. semua itu karena aku ingin kau perhatikan, jadi jangan tanyakan lagi apakah aku pernah melirik yang lain karena di manapun aku hatiku selalu ingin berjumpa dengannmu" Jawab Dira yang seketika berubah menjadi pujangga.
Dara pun tersenyum sumringah, mendengar perkataan manis dari Dira. dia langsung memeluk erat kekasih hatinya itu dengan kasih sayang yang tulus.
Oh... sungguh romansa yang indah. Andai saja Aku bisa menjadi Dira dan kau menjadi Dara, kurasa hidupku tak lagi membutuhkan Dunia ( Harapan liar semata untuk A...)
Berita itu sungguh membuat seluruh Penduduk Kerajaan Burung tenang dan merasa kembali nyaman dan tentram, terutama bagi Dira dan Dara, Dira yang paling merasa senang mengetahui bahwa kakanya dapat menangkap burung buronan itu.
Lalu siapakah CITRA (Camar Betina) itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar